Motivasi Rohani tentang Kematian
Ø
Ibnu Abbas mengatakan bahwa yang dimaksud ialah kamu akan
mengetahui azab yang akan ditimpakan kepadamu di kubur, dan azab yang akan
menimpamu di akhirat. Jadi, pengulangan itu menunjukkan dua keadaan.
Diriwayatkan
oleh Zar bin Habisy dari Ali bahwa ia berkata, “Semula kami meragukan azab
kubur, hingga turunlah firman Allah,
‘Bermegah-megahan
telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu,
kelak kamu akan mengetahui.’ (at-Takatsur: 1-3)
Yakni mengetahui siksa di kubur.
Dalam
hadits hasan riwayat Tirmidzi, Abu Hurairah berkata, “Kubur orang kafir itu
disempitkan oleh malaikat sehingga membuat tulang-tulang remuk. Dan, itu
merupakan kehidupan yang sempit.”
Diriwayatkan
oleh Ibnu Majah dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Kalian tahu,
untuk siapa ayat” maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami
akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta” ini diturunkan? Dan
kalian tahu, apa yang dimaksudkan dengan penghidupan yang sempit itu?” Para
sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang tahu.” Beliau bersabda, “Itu adalah
siksa orang kafir di dalam kubur. Demi Allah yang jiwaku berada dalam
genggaman-Nya, sesungguhnya akan dikuasakan kepadanya sembilan puluh sembilan
naga. Setiap ekor naga menjilat, melilit, dan menggigit tubuhnya hingga hari
kiamat nanti, lalu ia akan digiring ke tempatnya dalam keadaan buta.”
Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Bakar
bin Abu Syaibah dari Abu Sa’id al-Khudri bahwa ia berkata, “Aku pernah mendengar
Rasulullah bersabda, ‘Akan dikuasakan kepada orang kafir dalam kuburnya
sembilan puluh sembilan ekor naga yangakan menggigitnya sampai tiba hari
kiamat. Sendainya seekorsaja dari naga itu menjilat sebidang tanah, maka tanah
itu akan mati (tidak dapat menumbuhkan tanaman).’”
Disebutkan
dalam sebuah hadits mauquf Abdullah bin Amr ibnul-Ash, “Setelah menyuruh
malaikat menyempitkan kubur orang kafir, Allah lalu mengirim padanya beberapa
ekor ular naga yang kemudiann memakan dagingnya hingga tinggal tulang-tulangnya
belaka. Lalu, Allah menyuruh malaikat yang bisu dan buta untuk menyiksanya
dengan palu.”
(Pasal).
Jangan menganggap ini bertentangan dengan hadits marfu yang menyatakan bahwa
Allah menguasakan malaikat yang buta dan bisu untuk menyiksa orang kafir,
karena siksa yang ditimpakan kepada orang-orang kafir itu berbeda-beda. Ada
yang disiksa hanya oleh satu malaikat dan ada pula yang disiksa oleh beberapa
malaikat. Demikian pula ini juga tidak bertentangan dengan riwayat yang
mengatakan bahwa dagingnya akan dimakan oleh beberapa ekor ular naga, karena
kedua azab tersebut bisa sama-sama ditimpakan, sebagaimana firman Allah,
Ø “Inilah neraka jahanam yang
didustakan oleh orang-orang berdosa. Mereka berkeliling di antaranya dan di
antara air yang mendidih yang memuncak panasnya. “(ar-Rahman: 43-44)
Sekali
tempo mereka disuruh makan buah zaqum, dan pada tempo yang lain mereka dipaksa
meminum air yang sangat mendidih. Sekali tempo mereka diazab dengan api yang
menyala-nyala, dan pada tempo yang lain mereka diazab dengan suhu yang sangat
dingin. Semoga Allah melindungi kita dari sika kubur dan siksa neraka berkat
rahmat dan kebaikan-Nya.
Sebuah hadits diriwayatkan oleh Ali
bin Ma’bad dari Abu Hazim dari Abu Hurairah bahwa ia berkata, “Ketika mayat
diletakkan di dalam kubur, ia didatangi malaikat yang diutus Tuhannya dan
bertanya, ‘Siapa Tuhanmu?’ Bagi orang yang diberi keteguhan oleh Allah, ia akan
menjawab, Tuhanku adalah Allah.’ Ketika ditanya, ‘Apa agamamu?’ Ia menjawab,
‘Agamaku Islam.’ Dan ketika ditanya, ‘Siapa nabimu?’ Ia menjawab, ‘Nabiku
adalah Muhammad’ Merasa sebagai orang yang beruntung, ia berkata kepada
malaikat, ‘Biarkan aku bertemu dengan keluargaku. Aku ingin menyampaikan kabar
gembira ini kepada mereka.’ Namun, malaikat berkata, Tidurlah saja dengan
tenang, kamu akan dipertemukan dengan teman-temanmu.’ Tetapi, bagi orang yang
tidak diberi keteguhan oleh Allah, ketika ditanya oleh malaikat, ‘Siapa
Tuhanmu?’, ia tidak bisa menjawabnya. Sehingga, ia lalu dipukul oleh malaikat,
dan ia menjerit kesakitan yang suaranya bisa didengar oleh seluruh makhluk
kecuali jin dan manusia. Lalu malaikat berkata, ‘Tidurlah dengan menderita.’”
Sebab Mendapatkan Adzab Kubur
Banyak sekali hal-hal
yang menyebabkan seseorang mendapatkan adzab kubur. Sampai-sampai Al-Imam Ibnul
Qayyim rahimahullahu dalam kitabnya Ar-Ruh menyatakan: “Secara global, mereka
diadzab karena kejahilan mereka tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak
melaksanakan perintah-Nya, dan karena perbuatan mereka melanggar larangan-Nya.
Maka, Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan mengadzab ruh yang mengenal-Nya,
mencintai-Nya, melaksanakan perintah-Nya, dan meninggalkan larangan-Nya. Demikian
juga, Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan mengadzab satu badan pun yang ruh
tersebut memiliki ma’rifatullah (pengenalan terhadap Allah) selama-lamanya.
Sesungguhnya adzab kubur dan adzab akhirat adalah akibat kemarahan Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan kemurkaan-Nya terhadap hamba-Nya. Maka barangsiapa yang
menjadikan Allah Subhanahu wa Ta’ala marah dan murka di dunia ini, lalu dia
tidak bertaubat dan mati dalam keadaan demikian, niscaya dia akan mendapatkan
adzab di alam barzakh sesuai dengan kemarahan dan kemurkaan-Nya.” (Ar-Ruh hal.
115)
Di antara sebab-sebab
adzab kubur secara terperinci adalah sebagai berikut:
1. Kekafiran dan
kesyirikan.
Sebagaimana adzab yang
menimpa Fir’aun dan bala tentaranya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَوَقَاهُ اللهُ
سَيِّئَاتِ مَا مَكَرُوا وَحَاقَ بِآلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ. النَّارُ
يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ
أَدْخِلُوا ءَالَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ
“Maka Allah
memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir’aun beserta kaumnya
dikepung oleh adzab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi
dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat):
‘Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam adzab yang sangat keras’.” (Ghafir:
45-46)
2. Kemunafikan
Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:
وَمِمَّنْ حَوْلَكُمْ
مِنَ الْأَعْرَابِ مُنَافِقُونَ وَمِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ مَرَدُوا عَلَى
النِّفَاقِ لَا تَعْلَمُهُمْ نَحْنُ نَعْلَمُهُمْ سَنُعَذِّبُهُمْ مَرَّتَيْنِ
ثُمَّ يُرَدُّونَ إِلَى عَذَابٍ عَظِيمٍ
“Di antara
orang-orang Arab Badui yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan
(juga) di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya.
Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi) Kamilah yang mengetahui mereka.
Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada
adzab yang besar.” (At-Taubah: 101)
3. Tidak menjaga diri
dari air kencing dan mengadu domba
Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
مَرَّ النَّبِيُّ n
بِقَبْرَينِ فَقَالَ: إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ،
أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنَ الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ
فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ. فَأَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا
نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً. فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ،
لِمَا فَعَلْتَ هَذَا؟ قَالَ: لَعَلَّهُ يُخَفَّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا
Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam melewati dua kuburan. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Sesungguhnya keduanya sedang diadzab, dan tidaklah keduanya diadzab
disebabkan suatu perkara yang besar (menurut kalian). Salah satunya tidak
menjaga diri dari percikan air kencing, sedangkan yang lain suka mengadu domba
antara manusia.” Beliau lalu mengambil sebuah pelepah kurma yang masih basah,
kemudian beliau belah menjadi dua bagian dan beliau tancapkan satu bagian pada
masing-masing kuburan. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, mengapa engkau
melakukan hal ini?” Beliau menjawab: “Mudah-mudahan diringankan adzab tersebut
dari keduanya selama pelepah kurma itu belum kering.”(Muttafaqun ‘alaih dari Ibnu Abbas
radhiyallahu ‘anhuma)
4. Ghibah
Dari Anas bin Malik
radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
لَمَّا عَرَجَ بِي
رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ مَرَرْتُ بِقَوْمٍ لَهُمْ أَظْفَارٌ مِنْ نُحَاسٍ
يَخْمُشُونَ وُجُوهَهُمْ وَصُدُورَهُمْ، فَقُلْتُ: مَنْ هَؤُلَاءِ يَا جِبْرِيلُ؟
قَالَ: هَؤُلَاءِ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ لُحُومَ النَّاسِ وَيَقَعُونَ فِي
أَعْرَاضِهِمْ
“Tatkala Rabbku
memi’rajkanku (menaikkan ke langit), aku melewati beberapa kaum yang memiliki
kuku dari tembaga, dalam keadaan mereka mencabik-cabik wajah dan dada mereka
dengan kukunya. Maka aku bertanya: ‘Siapakah mereka ini wahai Jibril?’ Dia
menjawab: ‘Mereka adalah orang-orang yang memakan daging (suka mengghibah) dan
menjatuhkan kehormatan manusia’.” (HR. Ahmad, dishahihkan Al-Albani
rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 533. Hadits ini juga dicantumkan dalam
Ash-Shahihul Musnad karya Asy-Syaikh Muqbil rahimahullahu)
Al-Hafizh Ibnu Rajab
Al-Hanbali rahimahullahu menyatakan: “Sebagian ulama menyebutkan rahasia
dikhususkannya (penyebab adzab kubur) air kencing, namimah (adu domba), dan
ghibah (menggunjing). Rahasianya adalah bahwa alam kubur itu adalah tahap awal
alam akhirat. Di dalamnya terdapat beberapa contoh yang akan terjadi pada hari
kiamat, seperti siksaan ataupun balasan yang baik. Sedangkan perbuatan maksiat
yang akan disiksa karenanya ada dua macam: terkait dengan hak Allah Subhanahu
wa Ta’ala dan terkait dengan hak hamba. Hak-hak Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
pertama kali akan diselesaikan pada hari kiamat adalah shalat, sedangkan yang
terkait dengan hak-hak hamba adalah darah.
Adapun di alam
barzakh, yang akan diputuskan adalah pintu-pintu dari kedua hak ini dan
perantaranya. Maka, syarat sahnya shalat adalah bersuci dari hadats dan najis.
Sedangkan pintu tumpahnya darah adalah namimah (adu domba) dan menjatuhkan
kehormatan orang lain. Keduanya adalah dua jenis perkara menyakitkan yang
paling ringan, maka diawali di alam barzakh dengan evaluasi serta siksaan
karena keduanya.” (Ahwalul Qubur hal.
89)
5. Niyahah (meratapi
jenazah)
Dari Ibnu Umar
radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
إِنَّ الْمَيِّتَ
يُعَذَّبُ بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ
“Sesungguhnya mayit
itu akan diadzab karena ratapan keluarganya.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dalam riwayat lain
dalam Shahih Muslim:
الْمَيِّتُ يُعَذَّبُ
فِي قَبْرِهِ بِمَا نِيحَ عَلَيْهِ
“Mayit itu akan
diadzab di kuburnya dengan sebab ratapan atasnya.”
Jumhur ulama berpendapat,
hadits ini dibawa kepada pemahaman bahwa mayit yang ditimpa adzab karena
ratapan keluarganya adalah orang yang berwasiat supaya diratapi, atau dia tidak
berwasiat untuk tidak diratapi padahal dia tahu bahwa kebiasaan mereka adalah
meratapi orang mati. Oleh karena itu Abdullah ibnul Mubarak rahimahullahu
berkata: “Apabila dia telah melarang mereka (keluarganya) meratapi ketika dia
hidup, lalu mereka melakukannya setelah kematiannya, maka dia tidak akan
ditimpa adzab sedikit pun.” (Umdatul Qari’, 4/78)
Adzab di sini menurut
mereka maknanya adalah hukuman. (Ahkamul Jana’iz, hal. 41)
Selain sebab-sebab di
atas, ada beberapa hal lain yang telah disebutkan dalam pembahasan Macam-macam
Adzab Kubur.
Apakah Adzab Kubur itu
Terus-Menerus?
Asy-Syaikh Muhammad
bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu berkata: “Jawaban terhadap pertanyaan ini:
1. Adzab kubur bagi
orang-orang kafir terjadi terus-menerus dan tidak mungkin terputus karena
mereka memang berhak menerimanya. Seandainya adzab tersebut terputus atau
berhenti, maka kesempatan ini menjadi waktu istirahat bagi mereka. Padahal
mereka bukanlah orang-orang yang berhak mendapatkan hal itu. Maka, mereka
adalah golongan orang-orang yang terus-menerus dalam adzab kubur sampai
datangnya hari kiamat, walaupun panjang masanya.
2. Orang-orang beriman
yang berbuat maksiat, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengadzab mereka dengan sebab
dosa-dosanya. Di antara mereka ada yang diadzab terus-menerus, ada pula yang
tidak. Ada yang panjang masanya, ada pula yang tidak, tergantung dosa-dosanya
serta ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (Syarh Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah,
2/123)
Amalan yang Menyelamatkan dari Adzab Kubur
Setelah memberitahukan
dahsyatnya adzab kubur dan sebab-sebab yang akan menyeret ke dalamnya, baik
melalui firman-Nya ataupun melalui lisan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang mulia, dengan rahmat dan keutamaan-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala
juga memberitahukan amalan-amalan yang akan menyelamatkan dari adzab kubur
tersebut.
Al-Imam Ibnul Qayyim
rahimahullahu berkata: “Sebab-sebab yang akan menyelamatkan seseorang dari
adzab kubur terbagi menjadi dua:
1. Sebab-sebab secara
global
Yaitu dengan menjauhi
seluruh sebab yang akan menjerumuskan ke dalam adzab kubur sebagaimana yang
telah disebutkan.
Sebab yang paling
bermanfaat adalah seorang hamba duduk beberapa saat sebelum tidur untuk
mengevaluasi dirinya: apa yang telah dia lakukan, baik perkara yang merugikan
maupun yang menguntungkan pada hari itu. Lalu dia senantiasa memperbarui
taubatnya yang nasuha antara dirinya dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga
dia tidur dalam keadaan bertaubat dan berkemauan keras untuk tidak
mengulanginya bila nanti bangun dari tidurnya. Dia lakukan itu setiap malam.
Maka, apabila dia mati (ketika tidurnya itu), dia mati di atas taubat. Apabila
dia bangun, dia bangun tidur dalam keadaan siap untuk beramal dengan senang
hati, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menunda ajalnya hingga dia menghadap
Rabbnya dan berhasil mendapatkan segala sesuatu yang terluput. Tidak ada
perkara yang lebih bermanfaat bagi seorang hamba daripada taubat ini. Terlebih
lagi bila dia berzikir setelah itu dan melakukan sunnah-sunnah yang datang dari
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika dia hendak tidur sampai
benar-benar tertidur. Maka, barangsiapa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala
kehendaki kebaikan baginya, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan berikan
hidayah taufik untuk melakukan hal itu. Dan tiada kekuatan kecuali dengan
pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
2. Sebab-sebab
terperinci
Di antaranya:
-
Ribath (berjaga di pos perbatasan wilayah kaum muslimin) siang dan malam.
Dari Fadhalah bin
Ubaid radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّ مَيِّتٍ يُخْتَمُ
عَلَى عَمَلِهِ إِلَّا الَّذِي مَاتَ مُرَابِطًا فِي سَبِيلِ اللهِ فَإِنَّهُ
يُنْمَى لَهُ عَمَلُهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَيَأْمَنُ مِنْ فِتْنَةِ
الْقَبْرِ
“Setiap orang yang
mati akan diakhiri/diputus amalannya, kecuali orang yang mati dalam keadaan
ribath di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Amalannya akan dikembangkan sampai
datang hari kiamat dan akan diselamatkan dari fitnah kubur.” (HR.
At-Tirmidzi dan Abu Dawud)
-
Mati syahid
Dari Ubadah bin
Ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
لِلشَّهِيدِ عِنْدَ
اللهِ سِتُّ خِصَالٍ: يُغْفَرُ لَهُ فِي أَوَّلِ دُفْعَةٍ مِنْ دَمِهِ، وَيُرَى
مَقْعَدَهُ مِنَ الْجَنَّةِ، وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَيَأْمَنُ مِنَ
الْفَزَعِ الْأَكْبَرِ، وَيُحَلَّى حُلَّةَ الْإِيمَانِ وَيُزَوَّجُ مِنَ الْحُورِ
الْعِينِ، وَيُشَفَّعُ فِي سَبْعِينَ إِنْسَانًا مِنْ أَقَارِبِهِ
“Orang yang mati
syahid akan mendapatkan enam keutamaan di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala:
diampuni dosa-dosanya dari awal tertumpahkan darahnya, akan melihat calon
tempat tinggalnya di surga, akan diselamatkan dari adzab kubur, diberi keamanan
dari ketakutan yang sangat besar, diberi hiasan dengan hiasan iman, dinikahkan
dengan bidadari, dan akan diberi kemampuan untuk memberi syafaat kepada 70
orang kerabatnya.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah. Al-Albani berkata dalam
Ahkamul Jana’iz bahwa sanadnya hasan)
- Mati pada malam
Jumat atau siang harinya.
Dari Abdullah bin ‘Amr
bin Al-’Ash radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
beliau bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ
يـَمُوتُ يَوْمَ الْـجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلَّا وَقَاهُ اللهُ
فِتْنَةَ الْقَبْرِ
“Tidaklah seorang
muslim meninggal pada hari Jumat atau malamnya, kecuali Allah akan
melindunginya dari fitnah kubur.”(HR. Ahmad dan Al-Fasawi. Asy-Syaikh
Al-Albani mengatakan dalam Ahkamul Jana’iz bahwa hadits ini dengan seluruh jalur-jalurnya
hasan atau shahih)
-
Membaca surat Al-Mulk
Dari Ibnu Abbas
radhiyallahu ‘anhuma, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
هِيَ الْمَانِعَةُ هِيَ
الْمُنْجِيَةُ تُنْجِيهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
“Dia (surat
Al-Mulk) adalah penghalang, dia adalah penyelamat yang akan menyelamatkan
pembacanya dari adzab kubur.”(HR. At-Tirmidzi, lihat Ash-Shahihah no. 1140)
[dinukil dari Ar-Ruh dengan sedikit perubahan]
-
Doa sebagaimana yang telah lalu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung dari
adzab kubur dan memerintahkan umatnya untuk berlindung darinya.
Nikmat Kubur
Setelah mengetahui dan
meyakini adanya adzab kubur yang demikian mengerikan dan menakutkan,
berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih, juga mengetahui
macam-macamnya, penyebabnya, dan hal-hal yang akan menyelamatkan darinya, maka
termasuk kesuksesan yang agung adalah selamat dari berbagai adzab tersebut dan
mendapatkan nikmat di dalamnya dengan rahmat-Nya.
Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:
فَأَمَّا الَّذِينَ
ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَيُدْخِلُهُمْ رَبُّهُمْ فِي رَحْمَتِهِ
ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْمُبِينُ
“Adapun orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih maka Rabb mereka memasukkan
mereka ke dalam rahmat-Nya (surga). Itulah keberuntungan yang nyata.”
(Al-Jatsiyah: 30)
قُلْ إِنِّي أَخَافُ
إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ. مَنْ يُصْرَفْ عَنْهُ يَوْمَئِذٍ
فَقَدْ رَحِمَهُ وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْمُبِينُ
“Katakanlah:
‘Sesungguhnya aku takut akan adzab hari yang besar (hari kiamat), jika aku
mendurhakai Rabbku.’ Barangsiapa yang dijauhkan adzab daripadanya pada hari
itu, maka sungguh Allah telah memberikan rahmat kepadanya. Dan itulah
keberuntungan yang nyata.” (Al-An’am: 15-16)
Adapun nikmat kubur,
di antaranya apa yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beritakan dalam
hadits Al-Bara’ radhiyallahu ‘anhu yang panjang:
- mendapatkan ampunan
dan keridhaan-Nya. Sebagaimana perkataan malakul maut kepada orang yang sedang
menghadapi sakaratul maut:
أَيَّتُهَا النَّفْسُ
الطَّيِّبَةُ، اخْرُجِي إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنَ اللهِ وَرِضْوَانٍ
“Wahai jiwa yang
tenang, keluarlah menuju ampunan Allah dan keridhaan-Nya.”
- dikokohkan hatinya
untuk menghadapi dan menjawab fitnah kubur.
يُثَبِّتُ اللهُ
الَّذِينَ ءَامَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي
الْآخِرَةِ
“Allah meneguhkan
(iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di
dunia dan di akhirat.” (Ibrahim: 27)
- Digelarkan
permadani, didandani dengan pakaian dari surga, dibukakan baginya pintu menuju surga,
dilapangkan kuburnya, dan di dalamnya ditemani orang yang tampan wajahnya,
bagus penampilannya, sebagaimana yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
kabarkan dalam hadits Al-Bara’ yang panjang:
فَأَفْرِشُوهُ مِنَ
الْجَنَّةِ وَأَلْبِسُوهُ مِنَ الْجَنَّةِ وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى
الْجَنَّةِ. قَالَ: فَيَأْتِيهِ مِنْ رَوْحِهَا وَطِيبِهَا وَيُفْسَحُ لَهُ فِي
قَبْرِهِ مَدَّ بَصَرِهِ. قَالَ: وَيَأْتِيهِ رَجُلٌ حَسَنُ الْوَجْهِ حَسَنُ
الثِّيَابِ طَيِّبُ الرِّيحِ فَيَقُولُ: أَبْشِرْ بِالَّذِي يَسُرُّكَ هَذَا
يَوْمُكَ الَّذِي كُنْتَ تُوعَدُ. فَيَقُولُ لَهُ: مَنْ أَنْتَ، فَوَجْهُكَ
الْوَجْهُ يَجِيءُ بِالْخَيْرِ. فَيَقُولُ: أَنَا عَمَلُكَ الصَّالِحُ
“Maka gelarkanlah
permadani dari surga, dandanilah ia dengan pakaian dari surga. Bukakanlah
baginya sebuah pintu ke surga, maka sampailah kepadanya bau wangi dan
keindahannya. Dilapangkan kuburnya sejauh mata memandang, kemudian datang
kepadanya seorang yang tampan wajahnya, bagus pakaiannya, wangi baunya. Lalu
dia berkata: ‘Berbahagialah dengan perkara yang menyenangkanmu. Ini adalah hari
yang dahulu kamu dijanjikan.’ Dia pun bertanya: ‘Siapa kamu? Wajahmu adalah
wajah orang yang datang membawa kebaikan.’ Dia menjawab: ‘Aku adalah amalanmu
yang shalih…” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Mudah-mudahan Allah
swt meneguhkan hati kita di atas kalimat tauhid hingga akhir hayat kita dan
menyelamatkan kita dari berbagai fitnah (ujian) dunia dan fitnah kubur, serta
memasukkan kita ke dalam jannah-Nya. Amin ya Rabbal ‘alamin.